Tuesday 10 February 2015

Menapaki Keindahan yang tersembunyi di Pegunungan Menoreh ( Embung Kleco - Grojogan Sewu )

Keinginan untuk explore wisata di daerah Kulon Progo memang sudah lama kita rencanakan keinginanku saat itu adalah menapakkan kaki di kebun teh, masih di Pegunungan yang sama hanya berbeda lokasi saja dan tujuan kami terlebih dahulu di Embung Kleco dan Air Terjun. Masih banyak tempat yang bagus dikunjungi seakan kita menapaki sebuah tempat yang tersembunyi dengan rute perjananan yang tidak mudah, akses menuju daerah sini belum lengkap sehingga masih perlu bertanya dengan warga setempat untuk dapat menemukan surga – surga alam yang tersembunyi di Pegunungan Menoreh.


Suasana daerah yang masih jauh dari kebisingan, suara burung, binatang jangking yang sangat keras di keheningan sangat nyaman terdengar seakan kembali ke pedesaan, jalan yang menanjak curam  membuat pengendara harus berhati – hati,  karena jalanan masih belum sempurna.

Tujuan pertama dari explore daerah Kulon Progo dengan slogan Kulon Progo the Jawel of Java pengen kita angkat disini. Pastikan dulu rute sudah di pelajari ke arah Samigaluh, rute pertama wisata yang paling dekat adalah Embung Kleco, pemandangan diatas sangat bagus seperti hamparan karpet hijau yang sangat luas dan perbukitan, retribusi disini juga masih gratis. Tak lupa untuk yang suka foto bisa mengambil foto dan hanya meninggalkan jejak saja, tetap jaga lingkungan jangan buang sampah sembarangan. Jangan rusak tempat yang masih alami dengan corat – coret.

Udara di atas bukit ini sangat dingin dan sejuk sekali, paling baik bila kita kembali ke alam untuk menyegarkan pikiran dan menghindari hiruk pikuk keramaian, karena sensasinya terbukti menenangkan pikiran. Tak lupa saat mengunjungi tempat ini ternyata ada patroli dari polisi setempat untuk menjaga hal – hal yang tidak diinginkan.. salut buat pak polisinya :D

Perjalanan berikutnya ke Grojogan Sewu

terletak di Dusun Beteng Desa Jatimulyo Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulon Progo Jogja. Jalan menuju ke tempat itu juga sudah diaspal, tetapi masih ada beberapa tempat yang jalannya sudah rusak, setelah turun hujan jalanan yang dicor semenpun menjadi licin maka harus berhati – hati demi keselamatan.  Jalan aspal menanjak sepanjang 7 km membuat beberapa sepeda motor pun tidak kuat menanjak. Hati – hati di tikungan beringin karena orang banyak mengangap di daerah ini  sebagai Trademark yang terkenal karena banyak memakan korban mesin yang busi – busi motornya bahkan ada yang meledak. Kita dapat memarkir kendaraan di rumah warga yang memang sudah disediakan dan retribusi ke air terjun ini masih seikhlasnya saja lho.


Di pegunungan itu perubahan cuaca tidak dapat diprediksi sehingga hujanpun hanya terjadi sebentar karena pergeseran angin. Akses dapat di tempuh dengan berjalan kaki sekitar 30 menit dengan turunan yang lumayan panjang, tapi ada juga jalan yang datar sehingga tidak lelah diperjalanan, saat itu kami harus melepas alas kaki karena tanahnya sangat licin setelah tadi turun hujan hujan sehingga rawan terpeleset.

Menapaki setiap anak tangga yang masih asli karena tangganya juga masih tanah belum di cor sama sekali. Sekedar saran untuk yang mau ke sini dapat mempersiapkan mantel hujan, dan persiapan fisik untuk naik turun tanjakan dan dengan kondisi tersebut kita harus berpegangan di batang bambu yang masih dibuat secara sederhana, dan tidak lupa membawa bekal karena belum ada warung didaerah sana.

Hawa sejuk sangat terasa di tempat ini, gemercik air sudah terdengar di kejauhan yang menandakan cukup deras arus  air terjunnya. Ketinggian air terjun kurang lebih 40 meter  dengan air yang bertingkat – tingkat dengan dasar batu – batuan yang lumayan licin. sehingga kita harus memilih tempat paling pas buat menikmati keindahan air terjun ini. Objek wisata disini termasuk dalam konsep ekowisata yaitu : wisata yang mengandalkan keindahan dan keaslian alam.