Wednesday 29 April 2015

Benteng Vanderberg Jogja

Museum yang sangat terkenal di Kota Jogja salah satunya adalah Museum Benteng Vanderberg, yang terletak di Jl. A. Yani No. 6 sebelah utara dari Titik 0 Kilometer Jogja atau di depan Gedung Agung. Bangunan ini dibangun oleh Sri Sultan Hamangku Buwono 1 dibangun pada tahun 1760 yang merupakan benteng pertahanan Belanda.


Awal mula bangunan ini bernama Benteng Rustenburg yang berarti Benteng peristirahatan, akan tetepi di tahun 1867 Yogyakarta diguncang gempa hebat yang menyebabkan kerusakan sehingga memerlukan pembenahan kemudian Benteng ini berganti nama menjadi Benteng Vanderburg yang berarti Benteng Perdamaian yang hingga saat ini nama tersebut tetap dipertahankan. Ini merupakan sebuah cerminan bahwa benteng tersebut memaknai bentuk kedamaian hingga saat ini.

Saat ini fungsi dari Benteng Vredeburg menjadi Monumen Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg sejak tanggal 23 November 1992, sering pula difungsikan sebagai kegiatan seni dan budaya.



Benteng ini walaupun sudah berumur ratusan tahun namun kondisinya cukup terjaga dengan baik dan masih terlihat kemegahannya dimasa lalu. Ruangan-ruangan yang ada menyimpan ratusan diorama yang menggambarkan tentang perjuangan bangsa Indonesia hingga masa orde baru serta beberapa benda bersejarah, foto-foto dan lukisan perjuangan nasional.

Bagi pengunjung yang ingin berkeliling dengan bersepeda dapat menyewa sepeda onthel seharga Rp. 5.000,-. Di tempat ini juga sudah dilengkapi dengan hot spot area yang bisa diakses pengunjung dengan gratis. Benteng Vredeburg mempunyai fasilitas selain free hot spot tersedia juga ruang perpustakaan, ruang seminar, diskusi dan pelatihan serta pertemuan, ruang belajar kelompok, ruang tamu, Mushola, dan pemandu.

Benteng Vredeburg dibuka untuk umum setiap hari selasa sampai dengan jum’at mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB sedangkan sabtu dan minggu mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB, hari libur nasional tempat ini tetap buka sedangkan setiap hari senin tutup. Untuk tiket masuk per orang dikenai biaya sebesar Rp. 3.000,-.

Tuesday 28 April 2015

Goa Jepang - Kaliurang

Menapaki salah satu peninggalan Jepang di salah satu sudut Kaliurang, menjadi wisata alam yang cukup terkenal di Jogja. Kami ber tiga menyusuri kawasan ini dengan teman saya hendra dan aik untuk menyejukkan hati dengan wisata ke alam.


Letak Goa Jepang berada di dataran tinggi Kaliurang, tepatnya di lereng Gunung Merapi yang bernama Nirmolo Kaliurang dan berada di bawah pengelolaan Taman Nasional Gunung Merapi. Goa Peninggalan Jepang terlihat eksotis & bersejarah dengan udara pegunungan yang dingin dan sejuk. Kalau kita beruntung dapat menyaksikan kawanan monyet di habitat alaminya.

Menuju ke lokasi dapat masuk melalui pintu Nirmolo Kaliurang dan menempuh perjalanan menanjak sekitar 45 menit dengan jalur berliku. Tenaga mungkin akan terkuras untuk sampai di lokasi sehingga dapat menyaksikan keindahan Gunung Merapi dari jarak yang lebih dekat.

 


Goa Jepang dulu berfungsi sebagai tempat tinggal dan berlindung dari tentara sekutu. Goa Jepang berada di Kaliurang dengan jumlah 25 unit yang saling berhubungan satu sama lainnya, masih orisional, natural, lembab dan gelap.

 
 

Wisata alam dengan pemandanganserta bunga - bunga yang masih tumbuh alami dapat menyegarkan pikiran sekaligus dapat mengetahui sejarah di masa lampau.

Thursday 23 April 2015

Pesona Curug Kembang Soka

Trip kali ini masih mengusung tema Explore KulonProgo, mungkin sekarang daerah ini sudah banyak diperbincangkan di media sosial terkait dengan keindahan alamnya baik Goa, Air Terjun, Puncak, Gunung dan Gardu pandang yang tidak kalah dengan tempat lain.

The Jewel of Java kiranya pantas disematkan untuk kabupaten yang ada di sisi barat Jogjakarta. Wilayah yang didominasi dengan perbukitan Menoreh menegaskan tak ubahnya menjadi zamrud di pulau Jawa. Selain terkenal karena adanya barisan perbukitan yang memanjang dari selatan ke utara. Kulonprogo juga memiliki beberapa tempat yang sangat terkenal seperti : Pantai Glagah, Kali Progo, Puncak Suroloyo, pelabuhan dan mega proyek yang akan dibangun di Kulonprogo yaitu bandara.


Di kutip dari situs resmi Pemerintah Daerah Kulonprogo, filosofi mendalam terkandung dalam kata Kulonprogo yang ditulis menjadi satu. Hal ini melambangkan bahwa Kulonprogo menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Huruf ‘K’ didesain seperti bentuk keris dengan alur memanjang baik vertical dan horizontal melambangkan bahwa Kulon Progo adalah suatu wilayah yang kaya akan nilai seni dan budaya Jawa. Hal ini karena mayoritas penduduknya adalah suku Jawa.

Huruf ‘P’ melambangkan kepala Elang Jawa di mana burung tersebut merupakan salah satu burung endemic Pulau Jawa. Di dalamnya terdapat nilai keberanian, keteguhan dan komitmen Kulonprogo untuk melindungi kekayaan alam yang ada.

Huruf ‘G’ mengibaratkan sisi kendi yang lazimnya untuk menyimpan air. Kendi bagi masyarakat Kulonprogo dianggap sebagai lambang keramahan, penerimaan dan nilai kekeluargaan. Nilai ini tumbuh dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.

Huruf ‘O’ yang ada pada bagian akhir dari kata Kulonprogo dibuat seperti permata yang penuh kilauan melambangkan potensi yang ada. Potensi itu tentu saja tersebar dari seluruh bagian baik yang ada di laut, darat maupun udara.

The Jewel of Java, Branding tersebut sudah luncurkan sejak April 2011 lalu bertempat di Jakarta untuk memperkenalkan Kulonprogo kepada dunia nasional maupun internasional yang memiliki potensi luar biasa seperti pada perdagangan, pariwisata, dan investasi.

Ibarat sebuah permata yang belum terasah, Kulonprogo perlu digarap, dikelola, dan dikembangkan dengan sentuhan, polesan, dan kreativitas dalam sebuah kerangka kerja sama berbagai pihak hingga bisa menjadi permata kemilau di tanah Jawa.

"Kulon Progo The Jewel of Java" tagline promosi Kabupaten Kulonprogo yang mengandung maksud filosofi jewel atau mutiara itu adalah sebuah benda yang indah namun terpendam di dalam lautan tertutup kerang dan sulit ditemukan. Kalau dipikir ada benarnya karena daerah Girimulyo yang diartikan ke dalam bahasa Indonesia : giri itu gunung dan mulyo itu artinya makmur atau kaya banyak objek wisata tersembunyi yang ternyata juga seindah mutiara tetapi berada di perbukitan bahkan beberapa lokasi ada di daerah terpencil.

Untuk mencapai lokasi tujuan sekarang sudah mudah, akses akomodasi seperti jalan beraspal sudah sampai ke lokasi tujuan, serta papan petunjuk juga sudah banyak tersedia karena oleh pemerintahan Bapak Hasto selaku Bupati Kulonprogo hal ini sangat diperhatikan. Tempat lain yang bisa kita kunjungi seperti : Goa Kiskendo, Grojogan Sewu, Waduk mini Embung Kleco, Curug Setawing,  Curug Kedung Pedut , dan masih banyak lagi yang bisa di explore.

Nah sekarang saya akan mengeksplore keindahan Curug Kembang Soka. Curug Kembang Soka terletak di Desa Jatimulyo, Girimulyo yang sekarang mulai dipadati oleh para wisatawan lokal.

Untuk semua teman - teman yang mau kesana tetap harus ramah lingkungan ya jangan corat - coret yang tidak perlu, apalagi buang sampah sembarangan karena disini sudah disediakan tempat sampah. Dan untuk retribusinya cukup menyiapkan uang Rp 5000, 2 ribu untuk parkir dan 3 ribu nya untuk masuk ( dana kebersihan lebih tepatnya ).

Menuju lokasi ada beberapa jalan bisa lewat waduk sermo terus ke kalibiru terus ke daerah jatimulyo (arah ke Pringtali). Kalau lewat Wates bisa dari Clereng ke Utara terus ke arah Pring tali (pertigaan sebelum masjid yang ada jembatanya ambil lurus ke jalan yang kecil). Kalau dari Nanggulan bisa mengikuti rute ke Goa KIiskendo atau Grojogan Sewu terus ambil arah ke Gunung Kelir ( jalan godean ke barat terus ) .

Fasilitas lain sudah ada kamar mandi, warung untuk beristirahat dan mengisi tenaga, tempat sampah ramah lingkungan dibanyak titik, juga disediakan tempat istirahat dari bambu sehingga kita bisa beristirahat jika kelelahan.

Apa yang menjadi keindahan di curug ini ?
1.    Tentu saja kerena bertemunya 2 air terjun dari air terjun kali mili dan tempuran
2.    Gak cuman itu saat kita masuk ke lokasi sudah disambut keindahan air terjun yang berkelok – kelok di ujung pengihatan
3.    Air terjunnya saya bilang sangat banyak, jadi pengen mandi kalau melihat air terjunnya banyak gini.
4.    Lokasi yang luas, sehingga pada saat kita mau pulang harus melewati medan dengan jembatan bambu untuk memudahkan penyeberangan itu pun diatas air terjun langsung lho.
  

 


 
Dari beberapa air terjun yang pernah saya kunjungi saya paling suka sama tempat ini seakan mata sangat dimanjakan dengan keindahannya, mungkin juga walaupun lokasinya cukup luas tetapi medannya tidak susah, hanya kendalanya mungkin harus ekstra hati - hati kalau tidak mau terpeleset karena setelah hujan pasti jalannya becek seperti gambar diatas.

Monday 20 April 2015

Keelokan Kali Biru – Kulon Progo

Objek wisata Kalibiru menjadi sangat terkenal 2 tahun belakangan ini, Pegunungan Menoreh menjadi wisata yang cukup diminati wisatawan selain Waduk Sermo dan Puncak Suroloyo. Tidak bisa dipungkiri perkembangan sosmed sangat berpengaruh terhadap keberadaan suatu daerah yang memiliki keunikan tersendiri begitu juga dengan hal unik yang dimiliki oleh Kalibiru ini. 

Kalibiru terletak di Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap,  Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan sebuah wisata hutan yang ada di Perbukitan Menoreh terletak di ketinggian 450 mdpl. Untuk menuju ke lokasi ini dapat ditempuh sekitar 40 km dari Kota Jogja atau sekitar 10 km dari Kota Wates.

Dulunya kawasan hutan ini milik negara yang tandus dan gersang dikarenakan adanya penebangan hutan. Hal ini membuat masyarakat yang tinggal disekitar lokasi berinisiatif untuk mengubah lokasi tersebut menjadi begitu berbeda dengan penanaman pohon untuk menjaga hutan tetap hijau, asri, sejuk sehingga dinamakan Kalibiru.

Hutan Wisata Kalibiru diresmikan tanggal 14 Februari 2008 oleh pemerintah setempat dan diberikan hak pengelolaan kepada desa sekitar. Untuk itu Hutan Wisata Kalibiru merupakan hutan kemasyarakatan yakni hutan milik negara yang dikelola oleh masyarakat.

 



Fasilitas yang sudah dilengkapi di Kalibiru dapat menarik minat wisatawan yang berpadu dengan keindahan alam dengan kearifan lokal dan budaya masyarakat pedesaan menjadi nilai jual oleh pihak pengelola. Paket wisata yang bisa didapat seperti : wisata pedesaan, budaya, pendidikan, keluarga, tracking dan juga wisata terapi alam.

Apa hal yang istimewa di tempat ini ?
Tentu saja karena lokasinya yang ada di atas Waduk Sermo, sehingga wisatawan dapat menyaksikan keindahan Waduk Sermo dari ketinggian dengan hamparan alam nan hijau yang mempesona berpadu dengan langit biru yang membentang luas dipenglihatan.
Panorama ayng paling indah adalah ketika Sunrise dan Sunset. Sunrise di Kalibiru menjadi panorama sunrise terbaik di Perbukitan Menoreh dan sebanding dengan Puncak Suroloyo yang lehih dulu terkenal.


Yang harus dicoba setelah sampai disini adalah outbound, flying fox melewati sebuah jembatan buatan berwarna biru, dan ketika kita bisa naik disebuah pohon yang memang sudah disiapkan untuk dapat berfotoria dengan background Waduk Sermo di kejauhan, seakan kita sedang berada di nirwana hahaha.... 


Untuk yang ingin bersantai dapat menuju gardu pandang yang terletak di ketinggian akan menyajikan bentangan alam hijau nan luas berbaur dengan rumah – rumah penduduk yang terlihat sangat kecil dan laut selatan di ujung pandangan.

Berada di ketinggian memang salah satu hal yang mempunyai rasa tersendiri, kita dapat menyaksikan kebesaran Sang Pencipa dengan semua ciptaannya yang harus bisa dilestarikan dan jangan sampai rusak oleh tingkah laku manusia itu sendiri.

Friday 17 April 2015

Curug Panjang Mega Mendung


Bogor memang menjadi tempst wisata yang menarik untuk dapt dikunjungi dan melepas penat dari kesibukan dan kemacetan di Bekasi. Berawal dari rasa jenuh yang melanda, kami mumutuskan untuk main ke Puncak di Bogor dan kebetulan ada teman kerja yang punya Villa disana,  kami sekantor menginap di villa Bu Melly.
 


Di Bogor arah puncak banyak sekali Curug yang bertebaran dikaki gunung Gede  atau  perbukitan-perbukitan kecil. Diantara banyaknya curug ada sekitar 9 curug diantaranya Curug Panjang yang ada di lereng Gunung Paseban, Desa Citaming-Paseban, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor dengan ketinggian 1000 mdpl. Berjarak sekitar 8 km dari jalan raya Puncak. Akses masuk melalui pertigaan Masjid Nurul Huda atau jalan kearah Reskrim Polri Megamendung lalu belokkan mobil ke jalan disamping masjid tersebut.

Pagi hari setelah senam kita memang bersiap untuk menuju ke curug  / air terjun di sana karena disekitar villa memang ada 9 air terjun tapi yang paling dekat ya di Curug Panjang Mega Mendung ini. Selama perjalanan kita akan disuguhi keindahan panorama langit pegunungan dari sisi timur ada Gunung Gedhe Pangrango dan sebelah barat ada Gunung Salak. Jalanan berkelok menukik yang mesti berhati-hati karena jalan berupa macadam dan tidak sedikit yang tergerus air hujan. Sesampai dibawah kita akan disambut dengan batu-batuan cadas yang tertata tak beraturan tetapi membawa kesan alami tersendiri.

 
   





Curug panjang adalah curug keluarga, karena karakteristik curugnya yang landai dengan beberapa kolam jernih sebagai tempat bermain bagi anak-anak. Tak hanya curug, wisata curug panjang pun menyediakan fasilitas wisata lainnya yaitu perkemahan dan pemancingan.

Thursday 16 April 2015

Air Terjun Sri Gethuk seperti Grand Canyonnya Jogja

Wisata air terjun di Gunung Kidul seperti sebuah oase di daerah yang terkenal tandus dan kering. Bila berkunjung kesini pada musim penghujan airnya akan berwarna coklat dan bila dimusim kemarau aliran sungai berwarna hijau membelah ngarai dengan air terjun indah yang tak pernah berhenti mengalir disetiap musim tampak seperti zamrud yang meliuk – liuk di tengah hutan, sangat indah sekali. 


Lokasi air terjun berada di Padukuhan Menggoran, Desa Bleberan Kecamatan Playen Kabupaten Gunung Kidul Jogja. Berada di antara ngarai Sungai Oya yang dikelilingi persawahan yang hijau, Air Terjun Sri Gethuk selalu mengalir tanpa mengenal musim. Suaranya menjadi pemecah keheningan di bumi Gunung Kidul yang terkenal kering dan tandus, ternyata menyimpan keindahan yang serupa dengan eksotisme Grand Canyon yang ada di daerah utara Arizona Amerika Serikat.

    


Tempat ini menjadi salah satu tujuan wisata yang sayang bila dilewatkan. Perjalanan mencapai tempat ini berjarak sekitar 40 km dari kota Jogja, kita akan melewati area hutan kayu putih milik Perhutani dengan kondisi jalan yang masih belum sempurna, kadang jalannya beraspal bagus dan kadang harus bergelombang dengan kondisi tanah berkapur. Pepohonan jati yang kering di musim kemarau dan tanaman yang menghijau dimusim penghujan seakan mempunyai warna tersendiri. 


Dari beberapa Informasi yang didapat air terjun ini dinamakan Sri Gethuk karena  menurut keyakinan dari warga sekitar, dulunya tempat ini digunakan oleh bangsa jin sebagai tempat penyimpanan instrumen gamelan bernama kethuk. Informasi lebih jelas bisa didapat dari buku petunjuk wisata yang banyak dijual di sana.

Sri Gethuk terdiri dari tiga air terjun. satu air terjun letaknya agak tinggi sehingga kita harus memanjat bebatuan setinggi kurang lebih dua meter untuk menikmatinya. Air terjun ketiga berada di balik lorong kecil sepanjang tiga meter. Fasilitas yang sudah dilengkapi toilet dan kamar ganti serta beberapa tempat makan yang menjual menu tradisional seperti : pecel, tiwul, tape dan minuman ringan lainnya.

Yuk yang belum pernah datang ke Jogja, silahkan berkunjung ke Kota Kami :D

Thursday 9 April 2015

Kota Gede

Kotagede adalah nama sebuah kota yang merupakan Ibukota Kesultanan Mataram. Selanjutnya kerajaan itu terpecah menjadi Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Sebagai kota tua bekas Ibukota kerajaan, Kota Kotagede merupakan kota warisan (heritage) yang amat berpotensi bagi kemakmuran masyarakatnya.



Warisan kemegahan Kerajaan Mataram abad ke-16 Pada abad ke 14, Pulau Jawa berada di bawah kepempinan kesultanan Pajang yang berpusat di Jawa Tengah. Sultan Hadiwijaya, Sultan yang memimpin pada saat itu memberikan hadiah berupa Alas (hutan) Mentaok dengan area yang cukup luas kepada Ki Gede Pemanahan. Hadiah ini diberikan setelah beliau berhasil menaklukkan musuh kerajaan.

Selain itu di Kotagede juga terdapat sejumlah peninggalan Kotagede yang sangat menarik, sebagai peninggalan kerajaan Mataram Islam seperti :

1. Kompleks Masjid Besar Mataram / Masjid Kotagede, merupakan masjid tertua di kota Yogyakarta. Suasana tradisional masih sangat terasa di kota ini seperti berada di lingkungan keraton, lengkap dengan pagar batu berelief mengelilingi mesjid, pelataran yang luas dengan beberapa pohon sawo kecik, serta sebuah bedug berukuran besar.

Masjid Agung Mataram Kotagede, Yogyakarta (foto : apriyoga)


2. Makam raja-raja Mataram bernama komplek Pasarean Mataram yang terdapat makam Panembahan Senopati. Namun kemudian komplek makam raja-raja Mataram selanjutnya dipindahkan ke daerah Imogiri oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo saat masa pemerintahannya.



Kompleks makam pendiri kerjaan Mataram berada sekitar 100 meter dari pasar Kotagede, dikelilingi tembok besar dan kokoh. Pintu Gapura memasuki kompleks makam ini masih memiliki ciri arsitektur budaya Hindu. Setiap gapura memiliki pintu kayu yang tebal dengan ukiran yang indah dan dijaga oleh sejumlah abdi dalem berbusana adat Jawa. Ada 3 gapura yang harus dilewati sebelum masuk ke bangunan makam. Uniknya, kita diharapkan untuk menggunakan busana adat Jawa (bisa disewa di sana) untuk memasuki area makam. Pengalaman menarik menggunakan busana layaknya abdi dalem kerajaan Jawa kuno. Kita akan melewati 3 gapura sebelum sampai ke gapura terakhir yang menuju bangunan makam.

Pengunjung diperbolehkan untuk masuk ke dalam makam pada Hari Minggu, Senin, Kamis, dan Jumat, dengan periode waktu pada pk 08.00 - 16.00. Pengunjung tidak diperbolehkan untuk memotret dan mengenakan perhiasan emas di dalam bangunan makam. Sejumlah tokoh penting yang dimakamkan di sini adalah Sultan Hadiwiijaya, Ki Gede Pemanahan, Panembahan Senopati, dan anggota keluarganya. Memasuki makam suasana terkesan sepi dan tenang, serta sangat khusuk. Keluarga kerajaan, baik kraton Yogyakarta maupun Surakarta, masih menjaga kelestarian makam ini dengan sangat baik.

3. Sejumlah  rumah tradisional berarsitektur Jawa Mataram yang bisa dilihat di depan kompleks makam. Masih terawat dengan baik dan rumah tradisional ini masih digunakan oleh penduduk setempat sebagai tempat tinggal.



4.  Sisa reruntuhan benteng.
Di sebelah barat daya dan tenggara, kita juga bisa menemukan sisa reruntuhan benteng dengan tembok setebal >1 meter. Sementara, untuk melihat sisa parit pertahanan yang mengelilingi benteng, kita bisa beranjak ke sebelah timur, selatan, dan barat.





 




Berjalan jalan sambil menelusuri sejarah Kotagede akan menambah wawasan kita terhadap sejarah masa lalu kotagede yang pernah menjadi pusat pemerintahan kerajaan Mataram Jawa. Budaya dan sejarah patut dilestarikan karena merupakan asal muasal dari peradaban masyarakat Jawa saat ini. Mengenal kota Jogja tidak akan utuh tanpa berkunjung ke kotagede, pusat kerajaan Mataram di masa lalu.