Saturday, 12 September 2015

Kali Biru Spot terbaik Foto di Jogja

Kalibiru saat ini merupakan salah satu spot lokasi  terbaik yang wajib dikunjungi oleh para penggila foto di daerah Jogja. Para netizen dan traveller wajib berkunjung kesini untuk menikmati sensasi tempat ini.  4 kali berkunjung ke Kalibiru dan baru yang terakhir dapat akses berfoto ria di spot terbaik dengan duduk diatas pohon yang bawahnya langsung terpampang panorama waduk sermo dari ketinggian, sebelumnya lokasi ini pernah saya tampilkan pada link http://ennaytraveller.blogspot.co.id/2015/04/keelokan-kali-biru-kulon-progo.html.


View yang sangat mempesona dengan bentangan hijau dari Pegunungan Menoreh yang mengelilingi dengan hamparan sawah serta rumah penduduk di kejauhan serta di ujung penglihatan terlihat samar Samudera Hindia langsung berbatasan dengan birunya langit.

Semua tempat di Indonesia yang berada di daerah perbukitan / pegunungan pasti memiliki spot terbaik di masing - masing tempat, tetapi Kali biru menawarkan sesuatu yang berbeda, spot lokasi foto di atas pohon menjadi perintis spot - spot foto di beberapa tempat lain dengan tujuan menunjukkan keindahan lokasi masing - masing daerah.

Tiba di lokasi sebaiknya langsung mengambil nomor antrian terlebih dahulu, kita bisa menunggu antrian di tempat atau menikmati jajanan yang ditawarkan oleh para pedagang disana. View terbaik untuk foto di sore hari saat mau sunset di atas jam 3 sore. Nikmati juga view Sunset terbaik di sini, sambil duduk di ayunan menunggu senja datang merupakan sensasi yang sangat indah.

Tiket masuk ke lokasi ini sangat terjangkau dengan hanya Rp. 5.000 di hari biasa dan di waktu liburan Rp. 10.000, serta biaya parkir Rp. 2000 untuk motor dan Rp. 10.000 untuk mobil. Berikut beberapa foto yang kami ambil di lokasi. Semoga informasi ini dapat membantu ya :)

Kalibiru part 2





Kalibiru + Waduk sermo part 3




Kalibiru part 4


Saturday, 5 September 2015

Taman Bunga Selecta - Malang

Taman Selecta atau Selekta merupakan salah satu tujuan wisata yang ada di Kota Batu Malang, tepatnya di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji atau sekitar 13 km dari kota Batu.
Lokasi taman ini berada di ketinggian 1150 mdpl dan dikelilingi 3 gunung besar seperti : Gunung Arjuno, Gunung Welirang dan Gunung Anjasmoro. Akses menuju ketempat ini juga
mudah dijangkau.


Sejarah dinamakan Wisata Selecta karena didirikan oleh seorang warga Belanda bernama Ruyter de Wildt yang awalnya dipergunakan sebagai tempat peristirahatan bagi warga Belanda di Indonesia. Sesuai dengan namanya kata ‘Selecta’ itu sendiri berasal dari kata ‘Selectia’ artinya ‘Pilihan’.

Selecta dikenal sebagai salah satu tempat rekreasi tertua di kota Batu. Namanya tidak hanya terkenal di indonesia namun juga di mancanegara seperti di Belanda, Malaysia ataupun Taiwan. Harga tiket masuk ke Taman Selecta ini cukup murah dengan biaya Rp. 15.000,- /orang. Luas area sekitar 18 hektar sedangkan luas taman tidak kurang dari 8 hektar.




Banyak spot menarik dan menjadi favorit untuk berfoto ria. Puncak Selecta bisa kita capai dengan menyelusuri jalan setapak dan kita akan menikmati indahnya pemandangan alam yang begitu menyejukkan mata, disini terdapat hamparan sawah yang luas dan dikelilingi oleh pegunungan.

Di tempat ini Anda akan merasa sedang di refresh sejenak dari penatnya kesibukan sehari-hari. Fasilitas yang disediakan cukup lengkap dari aquarium yang besar, taman bunga yang indah dengan aneka jenis dan warna, kolam renang yang luas, outbood, flying fox, tempat ibadah, tempat makan yang nyaman, toilet dan area parkir yang luas.

Sunday, 23 August 2015

Berburu Foto di Tebing Keraton

Bagi pecinta keindahan alami seperti saya ini tujuan wisata kami selanjutnya adalah ke Tebing Keraton atau Tebing Karaton yang menjadi salah satu destinasi wisata di Kampung Ciharegem Puncak, Desa Ciburial, Bandung Jawa Barat Indonesia dengan ketinggian 1500 mdpl di kawasan Dago dengan panorama Taman Hutan Rakyat ( Tahura ) Juanda yang menjadi landscapenya berada persis dibawah kita.

View yang menjadi daya tarik berada di tempat ini  kita dapat menyaksikan pemandangan 180 derajat Kota Bandung. Warga Bandung menyebut Tebing Keraton sebagai puncak tertinggi di kota Bandung. Tiket masuknya Rp. 11.000,- / orang.

Akses Ke Tebing Keraton lebih sulit dibanding ke Bukit Moko. Jalan yang tidak beraspal hampir 1/3 jalanan terakhir kita harus konsentrasi dan berhati - hari karena jalan bebatuan yang tidak rata dan tanjakan akan sangat menyulitkan. Roda empat hanya bisa diparkir di Tahura setelah itu harus di tempuh dengan kendaraan roda 2.


Mengambil rute ke arah Tahura, persis didepan Tahura ada pertigaan, ambil arah kanan. Dari sini jalanan akan terus menanjak sampai ketemu dengan Warung Bandrek, belok kiri (ada papan petunjuk disini) sampai ketemu lagi dengan belokan kiri yang agak curam. Dari sini tinggal lurus sampai ketemu dengan area parkir untuk Bukit Keraton.


Asal mula Tebing Keraton ini dulu lebih dikenal dengan Bukit Jontor karena letak batu yang menjorok ke depan seperi orang Jontor. Kenapa tempat ini dinamakan Tebing Keraton ? pertanyaan ini yang muncul di benak saya sebagai orang luar daerah Bandung, dan ternyata menurut cerita penduduk dahulu kala ada orang kesurupan di tempat ini dan mengatakan nama lokasi ini harus diganti menjadi Tebing Karaton  yang dalam bahasa Sunda artinya adalah Kemegahan Alam.


Asli berada di bebatuan aja ngeri melihat kebawahnya karena mungkin karena keamanan yang sedikit membuat nyali ciut. Saya hanya berani di tengah - tengah bebatuan tidak berhasil berada di batu paling ujung bawah karena ketinggian yang saya bayangkan kalau batu ini longsor hadew semoga saja tidak dan hanya ketakutan saya saja sebenarnya. Mungkin sedikit saran untuk dibuat pagar besi untuk keamanan pengunjung, juga yang bawa anak tetap waspada dan tetap berhati - hati saat berada di ujung tebing tetap utamakan keselamatan dan hindari foto selfie yang berkibat fatal.

 

Indonesia menawarkan tempat - tempat yang ajib untuk kita kunjungi dengan keunikan masing - masing serta sejarahnya karena dimanapun kita berada kita tetap berada di alam yang harus kita jaga dan kita lestarikan untuk masa depan anak cucu kita.

Semoga informasi ini dapat membantu  bagi pembaca yang ingin berkunjung ke obyek wisata Tebing Keraton..selamat bersenang - senang.

Friday, 21 August 2015

Spot / Hunting Foto di Braga dan sekitarnya - Bandung

Perjalanan kali ini ke Kota Bandung kami lakukan dihari Jumat, 14 Agustus 2015. Keinginan untuk berkunjung ke Bandung sebenarnya ingin dilakukan bulan April 2015 saat diselenggarakan Konferensi Asia-Afrika ke 60 yang diadakan di 2 kota Jakarta dan Bandung. Wali Kota Bandung Bapak Ridwan Kamil dan warga Bandung semakin berbenah dan mempercantik bangunan-bangunan serta semua aspek untuk menyambut para tamu dunia.

Sesampainya di kota Bandung tujuan kami adalah mengunjungi saudara di daerah Cimahi dan Cibeureum dengan starting point di Alun - alun Bandung dan tentunya hunting foto karena banyak spot - spot yang bagus untuk bisa di explore salah satunya adalah :

1. Masjid Raya Bandung
Setelah menunaikan sholat di Masjid Raya, kami naik ke puncak menara dengan tarif Rp. 3000,- / orang dan tentunya ada aturan yang berlaku kita diharuskan melepas alas kaki karena letak menara berada di dalam masjid.
Menaiki tower dengan lantai 19 dengan lift yang sudah dijaga oleh petugas.


Spot keren untuk menikmati kota Bandung dari ketinggian, saat memandang keluar jendela kita akan di suguhkan karpet hujau berasal dari alun 2 dengan lapangan terbuat dari sintetis karpet yang banyak dikunjungi oleh warga bandung dan wisatawan2 domestik lainnya hanya untuk berfoto dan menikmati tempat tersebut. Panorama Bandung dapat dijadikan landscape ciamik serta selfie yang saat ini sangat diminati masyarakat.




2. Alun - alun Kota Bandung
Setelah dari menara kami bersantai di karpet hijau di alun - alun Bandung hanya sekedar untuk berfoto ria dan menyaksikan orang - orang yang sibuk berselfie dan foto sana sini dengan sahabat, kelurga dan orang terdekat. Alun - alun ini salah satu icon yang sangat terkenal dari Bandung. Kami menyempatkan diri beli makanan baso tahu dan batagor yang menjadi salah satu makanan khas Bandung.


3. Gedung Asia Afrika
Berada di wilayah Jl. Asia - Afrika kembali terkenal setelah diadakannya KTT Asia Afrika yang ke 60 di Kota Bandung. Sebanyak 29 negara telah mengirimkan wakilnya ke Bandung dan tentunya kota ini akan menjadi sorotan dunia. Perubahan - perubahan dan pembangunan kotanya dengan semakin banyak Taman Kota dan adanya salah satu sinetron Preman Pensiun yang sedang banyak diperbincangkan semakin membuat saya ingin berkunjung lagi ke Bandung setelah hampir 6 tahun lamanya tidak menginjakkan kaki ke kota ini.

Salah satu spot yang bagus adalah Jl Asia -Afrika termasuk salah satu sudut yang tertata dengan sangat baik, dapat terlihat dari jalannya yang luas dan bersih serta disediakannya kursi taman di tepi jalan untuk para pengunjung yang ingin bersantai menikmati suasana kota. Tempat sampah juga banyak disediakan untuk menjaga kebersihan daerah ini serta bangunan gedung - gedung masa kolonial yang tampak anggun di tengah perkembangan jaman.

Beberapa sumber yang saya dapatkan mengatakan bahwa Bandung adalah Kota yang bangunan art-deco terbanyak ke - 9 di dunia seperti kawasan Asia-Afrika, Braga, dan Balai Kota. Mungkin di bagian lain juga ada, seperti di simpang Jl. Ir. H. Juanda – Jl. Sultan Agung, di mana berdiri Gedung Tiga Warna (De DrieKleur) yang sekarang difungsikan menjadi gedung instansi perbankan.

4. Braga
Spot sejuta umat lokasi hunting foto di Bandung yang sangat strategis di kelilingi tempat - tempat menarik dengan hamparan spot yang bagus sangat cocok untuk street hunting di tambah dengan adanya bangunan - bangunan tua yang ada di lokasi.

Mungkin buat orang Bandung tempat ini biasa aja, tetapi untuk orang luar Bandung seperti saya jalan ini cukup memberi kesan tersendiri, menarik, eksotik dan romantis. Menyusuri jalan Braga seperti kembali ke masa kolonial Belanda. Jalan yang namanya mirip dengan nama kota di utara Portugal ini merupakan daerah konservasi budaya.


Kata Braga berasal dari bahasa Sunda "Ngabaraga" yang artinya bergaya, nampang ataupun mejeng. Braga waktu itu memang menjadi the place to see and to be seen. Ruas jalan yang tak terlalu panjang itu, tempo dulu menjadi tempat rendezvous sambil jalan-jalan dan belanja. Sebab kala itu di kota Bandung, Jalan Bragalah satu-satunya tempat shopping paling bergengsi.


Dari peninggalan-peninggalan sejarah yang masih ada, kita bisa tahu bahwa di jalan Braga pernah dibangun gedung-gedung berarsitektur art deco, seperti gedung Bank Dennis, gedung toko Onderling Belang, di seberang jalan gedung bioskop Majestic, dan viaduct karena lalu lintas dari Landraadweg selalu dipenuhi delman (kretek) yang menanti kereta api lewat dari Setasion Bandoeng atau kereta api dari arah timur.

Konon, pembuatan jalan ini terkait dengan pembangunan jalan Anyer-Panarukan oleh Daendels pada tahun 1808-1811 dan politik tanam paksa tahu 1830-1870. Pada tahun 1856, saat Bandung menjadi ibu kota Karesidenan Priangan, beberapa rumah warga Eropa dibangun di sepanjang jalan yang masih terbuat dari tanah. Sedangkan rumah-rumah lainnya masih beratapkan ijuk, rumbia, atau ilalang.

Hingga tahun 1874, hanya terdapat 6-7 rumah dari batu di Jalan Braga. Sebelum tahun 1882 Jalan Braga diberi nama Pedatiweg, dengan lebar sekitar sepuluh meter, sebagai penghubung Groote Postweg (Jalan Raya Pos/sekarang Jalan Asia-Afrika) dengan Koffie Pakhuis (Gedung Kopi) milik Tuan Andries de Wilde (sekarang menjadi Balai Kota Bandung).

Kota Bandung tempo dulu terkenal sebagai Parijs van Java ( Paris dari Jawa ) bukan untuk menunjukan keindahan seperti di Paris, melainkan lebih pada kecantikan dan kemolekan mojang - mojang Pariangan yang mirip dengan kehidupan dan kecantikan wanita - wanita di Paris.

Istilah Kota Kembang juga bukan berarti di kota Bandung banyak bunga melainkan banyaknya mojang - mojang geulis ( gadis - gadis cantik ) yang diibaratkan kembang wangi dan indah. Selamat berlibur dikota Bandung ya semoga informasi ini dapat membantu :)

Saturday, 25 July 2015

Rafting Kali Oyo

Gunungkidul hadir dengan wisata andalannya untuk kesekian kali, salah satu tempat yang sudah banyak pengunjungnya ini adalah Rafting di Kali Oyo, Sungai ini terletak di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Kabupaten Gunungkidul. Panjang sungai yang diarungi selama rafting  1,5 km dengan jarak tempuh sekitar 1,5 jam. 


Lokasi dari Kota Jogja bisa di tempuh dari Jl Wonosari, Bukit Bintang, bundaran SPBU Siyono, perempatan Grogol, dan Balai Desa Bejiharjo. Tiket menyusuri sungai ini hanya Rp. 45.000/orang, sudah termasuk perlengkapan rafting, jasa pemandu, transportasi dan asuransi. Peserta kami ada lebih dari 50 orang dan tentunya mendapat diskon serta menyewa foto + cd untuk mendokumentasikan perjalanan ini.


Setelah kami menyusuri goa pindul dan dilanjutkan Rafting di sungai oyo ini kami diangkut dengan menggunakan kendaraan bak terbuka untuk menuju ke puncak sungai yang akan menjadi start rafting kali ini. Satu persatu kami membawa ban dan menyusuri perkebunan kayu putih dan persawahan milik warga sekitar, kami meluncur kehulu dipandu pengelola.


Di tengah perjalanan ada air terjun dan kami berhenti untuk menikmatinya, dan yang mau uji nyali bisa loncat dari ketinggian +- 10 meter atau ada juga yang sekitar 5 meter monggo bisa dipilih. Menyusuri kali oyo ini tidak menggunakan perahu karet akan tetapi dengan menggunakan ban pelampung yang harus  kita duduki. Debit air tergantung dari musim juga, saat kita kesini kemarin pas musim kemarau sehingga airnya menyusut. Sensasi mengapung diatas ban ini rasanya aneh kita harus mengandalkan tangan untuk mengayuh ban agar mau bergerak sesuai arus, walau kadang malah arahnya gak lurus kedepan malah ke kanan kiri mendekati tebing, untuk yang ada dibelakang pemandu seh enak dia gak usah repot + capek buat mengayuh ban, walau sesekali kita pengen usaha sendiri untuk melaju. 




Suasana alami masih di dominasi tanah kapur dan alang – alang serta tebing – tebing sungai yang bila diambil foto dari atas akan tampak berkelok – kelok dan keren. Disarankan untuk berlibur dan menikmati suangai oyo ini tidak di hari libur panjang, atau sabtu minggu karena tentu saja suasana sudah tidak senyaman bila terlalu banyak orang. Jam rafting juga perlu diperhatikan pilih waktu yang pagi sekalian atau yang sore jam 15.00 wib karena dijamin kulit akan menghitam terpapar matahari.

Puncak dari perjalanan ini saat kita berada di 2 air terjun, permainan lompat indah dari atas tebing batu mulai beraksi dari masing – masing peserta rafting. Kali ini saya mencoba merasakan sensasi petualangan yang menegangkan dengan melompat dari teping setinggi 10 meter, awalnya nyali saya agak ciut karena dasarnya saja saya tidak bisa berenang dan hanya mengandalkan pelampung saja serta posisi lompatan juga harus diperhatikan jangan sampai salah, seperti yang dijelaskan olah pemandu kami. Saat lompatan,  saya mulai merasakan ada ruang kosong dalam hitungan detik yang berasa mau mati hahahah, langsung suara air beradu dengan kaki dan byurrrrr, lompatan yang sukses dan hanya 1 kali saja sudah cukup buat saya.



Waktu semakin tidak terasa dengan hangatnya suasana dan bermain – main dengan air di sekitar air terjun, kita menghabiskan waktu bersantai dan menikmati keindahan alam. Akhir dari perjalanan ini kami sampai di tepi sungai dan diantar menuju basecamp menggunakan mobil pajero alias pick-up.  Sebagian ada yang langsung membersihkan diri untuk mandi dan ada yang sebagian menunggu antri dengan menyantap makan siang yang telah tersaji dan masih panas sangat nikmat sekali, menu kali ini kami memilih paketan yang tersedia dari mulai : nasi beras merah, sayar lombok ijo, sayur lodeh, tahu tempe, ikan bakar, ingkung ayam, keripik, sayar kangkung, sambel merah dan sambel bawang pedas. Menu ala desa dan prasmanan menutup rafting kali ini dengan sukses dan kamipun kembali ke Jogja.

Friday, 19 June 2015

Menyapa Senja di Waduk Sermo

Waduk yang sejak diresmikan pada tanggal 20 November 1996 oleh Presiden Soeharto ini terletak sekitar 7 km di sebelah barat kota Wates atau sekitar 36 km di arah barat kota Jogja yang dapat ditempuh perjalanan sekitar 60 menit dari Jogja. Waduk ini menjadi satu – satunya waduk yang ada di Jogja,  tepatnya di Dusun Sermo, Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap.





Waduk ini terbuat dari hasil membendung Sungai Ngrancah menjadi sumber air utama bagi pertanian di daerah sekitarnya yang mengalir di pegunungan Menoreh laksana oase di tengah perbukitan karst Menoreh yang eksotis, berada di tengah – tengah perbukitan Menoreh seolah menjadi taman tirta bagi putri khayangan yang hendak mandi, berfungsi sebagai penampung air yang disalurkan PDAM untuk air bersih, irigasi atau pengairan juga mencegah banjir.


Pemandangan dengan latar belakang pegunungan menoreh yang hijau terbentang sangatlah sayang kalau tidak dimanfaatkan dan hanya dilewatkan begitu saja. Luas bendungan yang menghubungkan 2 bukit ini berukuran lebar atas  8 meter  dan lebar bawah 250 meter dengan panjang 190 meter dan tinggi 56 meter. Dapat menampung air 25juta meter kubik dengan genangan seluas 157 hektar dengan biaya anggaran dana sekitar Rp. 22 miliar dengan waktu pembuatan selama 2 tahun 8 bulan dari mulai 1 Maret 1994 – Oktober 1996.



Pemda Kulon Progo kemudian memindahkan 107 KK untuk transmigrasi ke Tak – tak Bengkulu dan 7  KK ke PIR kelapa sawit riau, sebuah pengorbanan masyarakat Kulon Progo yang bersedia merelakan kampung halamannya untuk proyek ini sepatutlah kita menjaga dan bijaksana dalam menggunakan dan memanfaatkan waduk ini. Warna airnya yang hijau yang terkadang bergoyang di terpa angin yang sepoi – sepoi seakan menyerupai agar –agar raksasa


Untuk dapat menikmati keindahan ini ada beberapa cara seperti :
1. Menyewa perahu boat untuk menyusuri setiap lekukannya, dapat merasakan hembusan angin yang membelai wajah yang memainkan rambut, merasakan dinginnya air dengan menyentuhnya
2. Duduk bersantai di pinggir telaga sambil menanti senja. Sebuah cara sederhana mensyukuri pemberian Sang Pencipta.















Senja kali ini berada dipinggir telaga dan menikmati ritual menunggu senja yang mengantarkan sang surya pulang ke punggung bukit untuk beristirahat sejenak agar esok kembali berbagi energi dengan bumi. Keindahan waktu yang berjalan seolah gerakan tangan pelukis yang sedang menyapukan warna kuning keemasan dan sesekali menolehkan warna jingga di langit yang berpadu dengan sinar terang di hamparan air telaga.

Senja di sebuah tempat dengan ketenangan yang mendamaikan hati , warna remang keemasan mampu membuat kami diam seribu bahasa dan terus memandang telaga sembari berucap Subhanallah indah sekali ciptaanmu ya Rob. Semoga tempat ini layak menjadi objek wisata liburan Anda selanjutnya. Nothing more can say, Just come and see. Let's have some fun. Enjoy :)