Perjalanan kali ini ke Kota Bandung kami lakukan dihari Jumat, 14 Agustus 2015. Keinginan untuk berkunjung ke Bandung sebenarnya ingin dilakukan bulan April 2015 saat diselenggarakan Konferensi Asia-Afrika ke 60 yang diadakan di 2 kota Jakarta dan Bandung. Wali Kota Bandung Bapak Ridwan Kamil dan warga Bandung semakin berbenah dan mempercantik bangunan-bangunan serta semua aspek untuk menyambut para tamu dunia.
Sesampainya di kota Bandung tujuan kami adalah mengunjungi saudara di daerah Cimahi dan Cibeureum dengan starting point di Alun - alun Bandung dan tentunya hunting foto karena banyak spot - spot yang bagus untuk bisa di explore salah satunya adalah :
1. Masjid Raya Bandung
Setelah menunaikan sholat di Masjid Raya, kami naik ke puncak menara dengan tarif Rp. 3000,- / orang dan tentunya ada aturan yang berlaku kita diharuskan melepas alas kaki karena letak menara berada di dalam masjid.
Menaiki tower dengan lantai 19 dengan lift yang sudah dijaga oleh petugas.
Spot keren untuk menikmati kota Bandung dari ketinggian, saat memandang
keluar jendela kita akan di suguhkan karpet hujau berasal dari alun 2
dengan lapangan terbuat dari sintetis karpet yang banyak dikunjungi oleh
warga bandung dan wisatawan2 domestik lainnya hanya untuk berfoto dan
menikmati tempat tersebut. Panorama Bandung dapat dijadikan landscape
ciamik serta selfie yang saat ini sangat diminati masyarakat.
2. Alun - alun Kota Bandung
Setelah
dari menara kami bersantai di karpet hijau di alun - alun Bandung hanya
sekedar untuk berfoto ria dan menyaksikan orang - orang yang sibuk
berselfie dan foto sana sini dengan sahabat, kelurga dan orang terdekat.
Alun - alun ini salah satu icon yang sangat terkenal dari Bandung. Kami
menyempatkan diri beli makanan baso tahu dan batagor yang menjadi salah
satu makanan khas Bandung.
3. Gedung Asia Afrika
Berada di wilayah Jl. Asia - Afrika kembali terkenal setelah diadakannya KTT Asia Afrika yang ke 60 di Kota Bandung. Sebanyak 29 negara telah mengirimkan wakilnya ke Bandung dan tentunya kota ini akan menjadi sorotan dunia. Perubahan - perubahan dan pembangunan kotanya dengan semakin banyak Taman Kota dan adanya salah satu sinetron Preman Pensiun yang sedang banyak diperbincangkan semakin membuat saya ingin berkunjung lagi ke Bandung setelah hampir 6 tahun lamanya tidak menginjakkan kaki ke kota ini.
Salah satu spot yang bagus adalah Jl Asia -Afrika termasuk salah satu sudut yang tertata dengan sangat baik, dapat terlihat dari jalannya yang luas dan bersih serta disediakannya kursi taman di tepi jalan untuk para pengunjung yang ingin bersantai menikmati suasana kota. Tempat sampah juga banyak disediakan untuk menjaga kebersihan daerah ini serta bangunan gedung - gedung masa kolonial yang tampak anggun di tengah perkembangan jaman.
Beberapa sumber yang saya dapatkan mengatakan bahwa Bandung adalah
Kota yang bangunan art-deco terbanyak ke - 9 di dunia seperti kawasan
Asia-Afrika, Braga, dan Balai Kota. Mungkin di bagian lain juga ada,
seperti di simpang Jl. Ir. H. Juanda – Jl. Sultan Agung, di mana berdiri
Gedung Tiga Warna (De DrieKleur) yang sekarang difungsikan menjadi
gedung instansi perbankan.
4. Braga
Spot sejuta
umat lokasi hunting foto di Bandung yang sangat strategis di kelilingi
tempat - tempat menarik dengan hamparan spot yang bagus sangat cocok
untuk street hunting di tambah dengan adanya bangunan - bangunan tua
yang ada di lokasi.
Mungkin buat orang Bandung tempat ini biasa aja, tetapi untuk orang luar Bandung seperti saya jalan ini cukup memberi kesan tersendiri, menarik, eksotik dan romantis. Menyusuri jalan Braga seperti kembali ke masa kolonial Belanda. Jalan yang namanya mirip dengan nama kota di utara Portugal ini merupakan daerah konservasi budaya.
Kata Braga berasal dari bahasa Sunda "Ngabaraga" yang artinya
bergaya, nampang ataupun mejeng. Braga waktu itu memang menjadi the
place to see and to be seen. Ruas jalan yang tak terlalu panjang itu,
tempo dulu menjadi tempat rendezvous sambil jalan-jalan dan belanja.
Sebab kala itu di kota Bandung, Jalan Bragalah satu-satunya tempat
shopping paling bergengsi.
Dari peninggalan-peninggalan sejarah yang masih ada, kita bisa tahu
bahwa di jalan Braga pernah dibangun gedung-gedung berarsitektur art
deco, seperti gedung Bank Dennis, gedung toko Onderling Belang, di
seberang jalan gedung bioskop Majestic, dan viaduct karena lalu lintas
dari Landraadweg selalu dipenuhi delman (kretek) yang menanti kereta api
lewat dari Setasion Bandoeng atau kereta api dari arah timur.
Konon, pembuatan jalan ini terkait dengan pembangunan jalan Anyer-Panarukan oleh Daendels pada tahun 1808-1811 dan politik tanam paksa tahu 1830-1870. Pada tahun 1856, saat Bandung menjadi ibu kota Karesidenan Priangan, beberapa rumah warga Eropa dibangun di sepanjang jalan yang masih terbuat dari tanah. Sedangkan rumah-rumah lainnya masih beratapkan ijuk, rumbia, atau ilalang.
Hingga tahun 1874, hanya terdapat 6-7 rumah dari batu di Jalan Braga. Sebelum tahun 1882 Jalan Braga diberi nama Pedatiweg, dengan lebar sekitar sepuluh meter, sebagai penghubung Groote Postweg (Jalan Raya Pos/sekarang Jalan Asia-Afrika) dengan Koffie Pakhuis (Gedung Kopi) milik Tuan Andries de Wilde (sekarang menjadi Balai Kota Bandung).
Kota Bandung tempo dulu terkenal sebagai Parijs van Java ( Paris dari Jawa ) bukan untuk menunjukan keindahan seperti di Paris, melainkan lebih pada kecantikan dan kemolekan mojang - mojang Pariangan yang mirip dengan kehidupan dan kecantikan wanita - wanita di Paris.
Istilah Kota Kembang juga bukan berarti di kota Bandung banyak bunga melainkan banyaknya mojang - mojang geulis ( gadis - gadis cantik ) yang diibaratkan kembang wangi dan indah. Selamat berlibur dikota Bandung ya semoga informasi ini dapat membantu :)