Monday 23 March 2015

Guci – Tegal


Awal perjalanan ini sebenarnya untuk menghadiri acara Pernikahan teman kantor kami yang diadakan di daerah Tegal. Kami berangkat di akhir bulan Februari 2015 kemarin. Kita berangkat ada 4 mobil dan dimulai dari Jogja sekitar jam 21.00 dan secara beriring – iringan mobil dan beberapa kali berhenti untuk menunggu mobil yang masih berada dibelakang.

Ditengah perjalanan kami berhenti untuk makan malam dulu, ya soalnya banyak peserta yang kebanyakan kaum pria alhasil merekakan orangnya cepet lapar, jadi kita yang wanita ya mengalah saja dan ikut memesan bakmi kuah didaerah sana. Setelah semua selesai kami melanjutkan kembali perjalanan ini. Akan tetapi rumah mempelai yang berlokasi di kecamatan Balapulang Kab Tegal tempatnya sedikit masuk dan menerabas kesunyian malam didaerah pedesaan, kamipun harus bertanya dengan warga didaerah sekitar dan sampai di tempat lokasi jam 05.00 pagi setelah beberapa kali berhenti diperjalanan untuk memprediksi waktu tidak terlalu pagi sampai dirumah calon mempelai.


Selamat kepada mempelai Maz Zulmy dan Mba Sandra, semoga menjadi keluarga yang samawa, langgeng sampai hari tua Amin. Setelah beramah – tamah dan beristirahat sebentar untuk melanjutkan menghadiri acara pernikahan tersebut. Alhamdulillah acara berjalan lancar kamipun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan untuk balik ke Jogja. Setelah berganti baju santai kami menyempatkan diri untuk mengunjungi salah satu objek wisata yang sangat terkenal didaerah tersebut yang bernama Guci.
 

Guci terletak dalam kawasan wisata Air Panas Guci, tepatnya di Desa Guci, Kecamatan Bumi Jawa, Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah dengan luas 210 Ha, berada di kaki Gunung Slamet bagian utara dengan ketinggian ± 1.050 meter. Dari kota Slawi sekitar ± 30 km atau sekitar 40 km dari kota Tegal ke arah selatan dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam berkendara.  Untuk menuju kesana dapat menggunakan kendaraan pribadi atau umum. Dari kota Tegal ambil jurusan ke selatan menuju Purwokerto, setelah melewati kota Slawi akan tiba di daerah Kecamatan Lebaksiu. 

Di kecamatan ini akan ditemui pertigaan (terdapat penunjuk jalan ke arah Guci) bernama Yomani (Yamansari-Lebaksiu).  Ambil belokan ke kiri ke arah Guci.  Dan akhirnya setelah kurang lebih 25 km dari pertigaan tersebut, terlebih dahulu melewati kecamatan Bumi Jawa dan Desa Tuwel, akan tiba di Guci.  Kondisi jalan menuju ke sana sudah beraspal baik dengan kontur jalan naik turun dan berbelok-belok. Dapat juga ditempuh dari kota Pemalang dengan mengambil rutel ke arah jurusan ke arah Purbalingga. Setelah sampai di pertigaan Moga, ambil belokan ke kanan ke arah Guci. Bagi yang menggunakan kendaraan umum dari Slawi naik mini bus jurusan Bumi Jawa dengan ongkos Rp 5000.  Setelah sekitar 30 menit perjalanan turun di Desa Tuwel.  Dari desa tersebut dilanjutkan dengan naik kendaraan bak terbuka menuju Guci. Waktu yang dibutuhkan sekitar 30 menit dengan ongkos Rp 5000.

Akhirnya untuk pertama saya bisa menginjakkan kami di sini rasanya senang. Dulu teman saya juga dari daerah sini dan banyak sekali cerita tentang tempat ini yang di sampaikan oleh Ponti Bayu Utama sewaktu saya masih kerja di Bekasi.

Harga Tiket Masuk Untuk Hari Biasa :
•    Dewasa : Rp. 5.000,- + Asuransi Jasa Raharja
•    Anak-anak : Rp. 4.500,- + Asuransi Jasa Raharja
Harga Tiket Masuk Untuk Hari Libur/Tanggal Merah
•    Dewasa : Rp. 7.000,- + Asuransi Jasa Raharja
•    Anak -anak : Rp. 6500, - + Asuransi Jasa Raharja

Ada sekitar 10 air terjun yang terdapat di daerah Guci. Di bagian atas pemandian umum pancuran 13, terdapat air terjun dengan air dingin bernama Air Terjun Jedor. Dinamai begitu karena dulu tempat di sekitar air terjun setinggi 15 meter itu adalah milik seorang Lurah yang bernama Lurah Jedor. Pancuran 13 adalah objek wisata berupa pemandian air panas, dimana sumber air panasnya keluar langsung dari pancuran sebanyak 13, yang diyakini memberi tuah dan kesehatan bagi yang mandi dibawahnya. Air yang mengalir dari pancuran-pancuran di obyek wisata ini dipercaya bisa menyembuhkan penyakit seperti rematik, koreng serta penyakit kulit lainnya, khususnya Pemandian Pancuran 13 yang memang memiliki pancuran berjumlah tiga belas buah.

Untuk berkeliling di sekitar obyek wisata dapat dilakukan dengan menyewa kuda dengan tarif sewa yang relatif murah, selain itu fasilitas yang tersedia antara lain penginapan (kelas melati sampai berbintang), wisata hutan (wana wisata), kolam renang air panas, lapangan tennis, lapangan sepak bola, dan bumi perkemahan.

Mitos / Legenda

Diceritakan air panas Guci adalah air yang diberikan Walisongo kepada orang yang mereka utus untuk menyiarkan agama Islam ke Jawa Tengah bagian barat di sekitar Tegal. Karena air itu ditempatkan di sebuah guci (poci), dan berkhasiat mendatangkan berkat, masyarakat menyebut lokasi pemberian air itu dengan nama Guci. Tapi karena air pemberian wali itu sangat terbatas, pada malam Jumat Kliwon, salah seorang sunan menancapkan tongkat saktinya ke tanah. Atas izin Tuhan, mengalirlah air panas tanpa belerang yang penuh rahmat ini.

Sejarah

Obyek Wisata Guci bermula setelah ditemukannya sumber mata air (bahasa jawa: tuk) di Desa Guci dan diteliti tidak mengandung racun. Maka pada tahun 1974 pemandian air panas dibuka untuk umum dengan fasilitas yang masih alami dan belum dibuat seperti sekarang ini, wisatawan masih mandi di bawah gua sumber mata air panas yang konon tempat itu merupakan daerah kekuasaan dayang Nyai Roro Kidul yang bertugas di wilayah sungai sebelah utara Gunung Slamet atau lebih dikenal Kali Gung. Dinamakan Kali Gung sebab bersinggungan dengan mata air yang agung yakni aliran mata air panas yang melimpah sepanjang tahun, dayang Nyai Roro Kidul bernama Nyai Rantensari yang berwujud naga maka di Pancuran 13 tersebut dibuat Patung Naga untuk mengingatkan akan daya mistis yang ada dikawasan Obyek Wisata Guci.

Di kawasan tersebut juga terdapat pohon beringin dan pohon karet yang sudah ratusan tahun yang konon ditanam oleh keturunan Kyai Klitik yang bernama Eyang Sudi Reja dan Mbah Abdurahim pada tahun 1918. Dengan maksud agar daerah tersebut tidak mudah longsor, kuat serta rindang. Sampai sekarang pemandian air panas Guci menyimpan misteri kegaibannya sebab merupakan peninggalan para wali terdahulu penyebar agama islam, dan masih banyak tempat – tempat yang menyimpan sejarah seperti petilasan Kyai Mustofa dan makamnya di Pekaringan berjarak 5 KM dari Desa Guci, Kyai Mustofa adalah seorang ulama keturunan kanjeng Sunan Gunungjati yang syiar Islam kemudian bertapa di Desa Guci pada zaman cucu Kyai Klitik.

Ulama inilah yang memberi nama air terjun di sebelah atas Pemandian Pancuran 13 yaitu Curug Serwiti sebab banyak muncul burung serwiti dan diatas curug itu ada lagi sebuah curug yang indah bernama Curug Jedor yang tidak pernah diketahui asal muasal nama tersebut. 

Dari daerah Guci setelah semua puas untuk berasakan kehangatan air panas di Guci kamipun tak lupa mengabadikan moment tersebut dan tak lupa membawa oleh – oleh untuk keluarga yang menunggu kami dirumah. Oya sayur – sayuran dan buah – buahan disini masih sangat segar karena berada berasal dari daerah pegunungan. Kami berangkat jam 14.30 wib dan melanjutkan perjalanan kembali, tak lupa kami makan sore dan menjalankan ibadah Sholat di SPBU setempat dan sesampainya di Jogja sekitar jam 22.00 wib.
 




   

No comments:

Post a Comment