Sunday, 28 August 2016

Pesona Gunung Andong tertutup kabut sepanjang hari


Bulan Agustus akhir cuaca di gunung memang tidak bisa di tebak, beberapa hari ini mendung dan tertutup kabut, hal ini terjadi juga pada kami yang melakukan perjalanan kesana tgl 27 Agustus 2016 kemarin.


Gunung Andong berada di ketinggian 1726 mdpl di daerah Magelang, nama gunung ini sering terdengar dimana - mana karena semakin banyak pecinta alam yang suka ke Gunung ini. Tidak hanya sekedar hobi mendaki gunung sudah menjadi sebuah trend saat ini, persiapan mental dan fisik yang prima sangat diperlukan apapun tingkat medan yang dihadapi.

Mendaki gunung yang dulu diminati untuk kaum pria kini juga banyak diminati oleh wanita. Gunung bertipe perisai di daerah Ngablak, Grabag, Magelang dengan jalur utama di Desa Sawit dengan retribusi Rp. 5.000 / orang. Jarak tempuh dari Jogja ± 2 jam sekitar 78 km. Cuaca dingin di Magelang sudah mulai kami rasakan diperjalanan dan setibanya di Basecamp kami beristirahat sebentar untuk sholat Magrib di salah satu rumah penduduk.

Sekitar jam 7 malam kami mulai pendakian dan melewati medan dengan jalurnya yang naik terus sehingga cukup menguras energi dapat bonus tempat yang tidak menanjak hanya sebentar, melewati tangga yang tersusun dengan bambu di pinggir serta melewati hutan pinus. Di tengah perjalanan kami disambut rintikan hujan yang awalnya kami kira hanya awan yang membawa air hujan sehingga kami hanya memakai jas hujan atasannya saja dan ternyata hujan bertambah deras kami enggan beristirahat lagi dan tetap meneruskan perjalanan.

Hati - hati karena tanah yang licin dan air yang mengucur deras dari tanjakan diatasnya semakin membuat langkah semakin melambat karena yang terpenting dari semua itu adalah keselamatan untuk pulang ke rumah dengan selamat. Salah melangkah jurang menganga ada di sebelah kiri, pelan - pelan saja sesuaikan dengan kemampuanmu jangan malu info sama rombongan kalau harus istirahat sebentar.

Trek setelah keluar dari Basecamp Sekar Arum terbentang lapangan luas kemudian tanjakan - tanjakan yang lumayan menguras tenaga sehingga beberapa kali rombongan kami harus break. Kabut sudah mulai turun dan kami tidak bisa melihat pemandangan di sekitar karena gelap. Sampai puncak camping ground Puncak Jiwo tapat 2,5 jam perjalanan itupun karena cuaca tidak mendukung dari awal kita naik sudah disambut turunnya hujan.

foto diambil saat pulang
Selain Puncak Andong ada juga Puncak Makam di sebelah barat, dan Puncak Alap - alap di sebelah timur. Biasanya pendaki hanya menuju Puncak Alap - alap karena letaknya cukup dekat dengan Puncak Andong, kita harus melalui Jembatan Setan yang membuat nyali menciut karena hanya sekitar 1 meter diantara jurang, malam hari kami lebih fokus melihat kebawah menapaki setiap langkah kaki untuk bisa sampai puncak, tapi entah bonus apa yang kami dapat besuk pagi saat terang sudah terlihat.

Ketika berhasil melewati rintangan tersebut dan mengendalikan rasa takut dll kita akan menikmati keindahan diketinggian, temaran lampu - lampu dari kejauhan menunjukkan kita sudah semakin dekat dengan puncak, kami mencari tempat untuk mendirikan tenda dan hujan tidak ada hentinya malam itu sehingga kami hanya bisa beraktifitas di dalam tenda saja.


Pagi hari Adzan Subuh berkumandang dan dibalik cendela kabut terlihat pekat sekali, udara dingin sangat terasa, pagi ini kami tidak mendapat Sunrise karena sampai siang hari kabut sangat tebal, view ajib dari Gunung Merbabu dan gunung - gunung lain seperti Gunung Merapi, Gunung Telomoyo, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Prau hanya terlihat sebentar dan berkabut lagi dikejauhan.


Puncak gunung dan view pemandangan alam beserta deretan sawah dan hijaunya pepohonan di kejauhan sedikit terlihat bagai sebuah lukisan mahakarya sang maestro. Dari ketinggian kita dapat melihat kalau kita hanya kecil dihadapan Sang Pencipta.


Kami yang menunggu kabut hilang dan tetap duduk santai sembari menikmati secangkir kopi untuk menyaksikan view di balik kabut putih, sesekali kabut datang dan pergi membuat kami semua berteriak dan berdoa untuk bisa melihat pemandangan dikejauhan, tetapi sekali lagi cuaca di alam tidak dapat di duga, bahkan pulangnya pun kami juga di temani hujan yang deras tidak kalah dari semalam, trek yang menguji kesabaran dan kehati - hatian karena jalan menurun akan lebih licin lagi, mungkin next time kami akan balik kesini lagi untuk dapat view ajib dari sini, Happy mountainerring :)


Saturday, 13 August 2016

Bukit Pethu kini hadir dengan tambahan spot berfoto ria

Semakin banyaknya antusias masyarakat di sosial media dengan latar belakang pemandangan alam, kini setiap daerah semakin menambah fasilitas dan spot baru untuk mengabadikan moment, mungkin sebagian orang tidak menyukai hal ini, akan tetapi sebagian yang lain tentunya berbeda, seperti mata koin yang pada satu sisi berbeda dengan yang lain tetapi mereka akan sependapat bahwa refresing di alam bebas itu menyenangkan dan tentunya menyehatkan, menghirup udara pagi, berolah raga dsb.

Wisata alam yang berada di ujung barat kota Jogja masuk dalam kawasan Suaka Margasatwa Waduk Sermo satu - satunya Waduk yang ada di Jogja antara lain : Kalibiru, Canting Mas Puncak Dipowono, dan baru - baru ini Bukit Pethu hadir meramaikan alternatif wisata alam di kota Wates, Kulon Progo.



Lokasi Bukit Pethu
Dari Jogja - menuju kota Wates lewat jalan Jogja - Wates - Patung kuda Karangnongko belok kanan - menuju alun - alun Wates - Waduk Sermo - ikuti jalur di waduk sermo - masih memutari waduk sermo - ada petunjuk arah Bukit Pethu - belok kiri melewati jalan sempit hanya bisa untuk 1 kendaraan roda 4 - letaknya sebelah kiri jalan berbatasan langsung dengan Waduk Sermo.

Untuk retribusi di pintu masuk Waduk Sermo karena area ini masih satu wilayah dikenakan Rp. 5.000/ orang , untuk parkir sepeda motor Rp. 2000 / motor, mobil Rp. 5.000 / mobil, Naik Pohon Rp. 5.000 / orang,Fasilitas foto yang sudah disediakan minimal 3 kali dan Rp. 5.000 / foto. Foto bisa langsung dimasukan kedalam memori hp karena petugas sudah menyediakan fasilitas dari fotografer yang ada.

Waktu terbaik untuk foto
Sore hari karena cahayanya yang memberlakangi fotografer sehingga hasil ft akan terang siluet sore hari akan lebih indah. Sebelum menaiki 2 spot foto yang disediakan sebelumnya berkewajiban menggunakan alat pengaman yang disediakan oleh petugas.

Selamat berlibur :)

Saturday, 6 August 2016

Camp ceria di Pantai Sanglen Gunung Kidul

Deretan pantai yang berada di daerah Gunung Kidul dapat disebut surganya pantai yang ada di Kota Jogja karena keindahannya yang dapat menenangkan hati, tempatnya yang masih alami, bersih dan berpasir putih. Kali ini rencana ngecamp akhirnya bisa terealisasi juga kesalah satu pantai yang masih sepi dan alami karena belum ada kamar mandinya :)


Pantai ini masih belum terkenal dibandingkan pantai Baron, Drini, Sepanjang dll yang sudah memiliki fasilitas lengkap. Pantai Sanglen suasananya masih sepi tetapi inilah yang kami cari agar liburan benar - benar dapat kami nikmati.

Lokasi Pantai Sanglen
Pantai Sanglen tepat berada di sebelah timur Pantai Sepanjang dan sebelah barat Pantai Watukodok berada di desa Kemadang, Tanjungsari, Gunung Kidul.

Rute menuju Pantai Sanglen
Pantai ini masih satu rute dengan pantai Baron, Kukup, Sepanjang, Drini dan lain - lain kalau tiket masuk yang terusan hanya Rp. 10.000 sudah dapat mengunjungi beberapa pantai yang tersedia di tiket ada lebih  dari 7 pantai.

Dari Jogja kendaraan bisa melewati jalan Wonosari - Piyungan - Bukit Bintang - Patuk - Rest Area Hutan Wanagama - Kota Wonosari - Alun - alun - Bangjo Pertigaan Pos Polisi belok kanan ke arah Jalan Baron / Kukup / Drini / Sepanjang akan ada banyak petunjuk jalan sampai dengan tempat penarikan retribusi (TPR ). Melewati TPR - ambil arah Pantai Kukup - akan ada petunjuk jalan ke Pantai Watukodok jalan masih kondisi cor - coran kemudian pertigaan kecil ambil kanan dan parkiran di sebelah kanan jalan.


Kita harus trekking sekitar 30 menit untuk dapat mencapai lokasi pantai. Melewati ladang dari warga sekitar naik turun, suara ombak sudah terdengar dikejauhan semakin menyemangati kami untuk segera sampai di pantai. Kami ber 6 menempuh perjalanan dari Jogja kurang lebih 2 jam.

Pantai yang dikelilingi hijaunya bukit dan ladang jagung, birunya laut, deburan ombak memecah keheningan, langit yang cerah membiru beradu dengan butihnya pasir sangat indah di lihat dan menimbulkan ketenangan.

Kami bergegas mencari lokasi untuk mendirikan tenda dan kebetulan lokasi yang paling nyaman berada di bawah pohon cemara laut ( cemara udang ) sudah berdiri tenda dari tetangga lain yang ingin menikmati pantai ini, sehingga kami memutuskan tenda di dekat pantai karena waktu itu ombaknya tidak tinggi dan aman.

Camp sudah kami dirikan bertepatan dengan Sunset pantai yang indah semakin menghilang di kegelapan, malam datang dan kamipun mengisi waktu dengan bermain gitar, bercerita, masak dll. Tengah malam deburan ombak dan langit yang berbintang sangat terang dikejauhan. Kami nyatakan camping kali ini sempurna karena cuaca sangat mendukung, di pantai ini hanya berdiri sekitar 6 tenda saja sangat sepi bukan untuk sebuah pantai yang masih alami.

Berkumpul dengan penduduk sekitar dan penghuni camp yang lain dan kami hanya tertidur sebentar karena alam sangat indah untuk di tingalkan. Dini hari  suara burung - burung dan deburan ombak sangat indah, menikmati di balik tenda sangat damai rasanya.

Diapit 2 bukit yang memisahkan dari Pantai Watukodok dan Pantai Sepanjang, kami memutuskan untuk menikmati Sunrise pagi dengan mendaki bukit disebelah timur. Setelah memasak dan puas bermain kami mandi di pantai yang ombaknya kecil, tidak ada siapa - siapa lagi siang itu hanya kami ber 6 dan seolah menjadikan pantai pribadi saja, biota laut seperti rumput laut, ikan kecil sangat terlihat nyata, buanglah sampah ke tempat yang sudah disediakan dan jagalah kebersihannya untuk dpat terus dinikmati oleh mereka yang memerlukan ketenangan dan keindahan.

Wednesday, 3 August 2016

Pemeran Tunggal di Taman Budaya Jogja

Pameran Tunggal “Operasi “ oleh Operasi Rachman Mohammad sangat memukau pengunjung yang hadir untuk menyaksikan keindahan lukisan yang diadakan mulai tanggal 30 Juli s/d 9 Agustus 2016. 


Seniman alumnus ISI Yogyakarta angkatan 1988 asal Jember ini mendedikasikan hasil karya seni untuk puteranya karena semua lukisan ini berawal dari pemberian canting yang diberikan oleh puteranya. Pameran tunggal ini diharapkan dapat mewarnai seni rupa yang ada di Jogja dan Indonesia.



Lewat hasil karya " mini retrospeksi " menghadirkan dua kecenderunagn visual realistik dan ekspresif dengan judul Karnaval inilah beliau mempresentasikan bagaimana cara seniman berfikir dan menuangkan dalam sebuah karya mengenai apa yang dia rasakan. 


Sebanyak 15 karya Operasi mampu memukau pengunjung yang datang ke pameran tersebut karena ada lukisan yang berukuran 3 x 48 meter sangatlah indah,  selain lukisan tersebut berukuran besar dan tersusun memanjang memenuhi seluruh tempat di Taman Budaya Jogja. Lukisan ada yang bertema penari bali, tugu jogja, dll sehingga dapat mempersatukan budaya dan suku serta golongan menjadi satu bentuk karya nyata. 


Terima kasih untuk para seniman yang ada di Indonesia atas semua hasil karya yang indah dan luar biasa ini.