Puro Pakualaman merupakan sebuah Istana Kadipaten yang menjadi tempat tinggal semua generasi Paku Alam. Istana yang didirikan pada tgl 17 Maret 1813 atau awal abad XIX ini terletak di Jalan Sultan Agung, sekitar 2 km timur Kraton Yogyakarta. Pangeran Notokusumo, Putra dari Sultan Hamengku Buwono 1 dinobatkan sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati. Sesuai dengan fungsinya sebagai Istana Kadipaten, pada jaman kerajaan dulu Puro Pakualaman merupakan kediaman Adipati Keraton Yogyakarta yang bergelar Paku Alam. Adipati adalah pejabat kerajaan setingkat Perdana Menteri.
Bagi orang yang belum pernah tinggal di Jogja, nama Puro Pakualaman mungkin tak memberi kesan apapun. Tapi bagi yang pernah, nama tersebut pasti menghadirkan sebuah cerita, paling tidak dengan teh pocinya. Puro Pakualaman adalah sebuah tempat bersejarah yang erat kaitannya dengan berdirinya Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat.
Ketika memasuki pagar istana, pengunjung akan melewati sebuah lapangan yang saat ini sudah dipadati oleh warung-warung makan dan lapak penjual gerabah. Tanda yang menunjukkan lapangan ini merupakan bagian istana adalah keberadaan sebuah pohon beringin tua di salah satu sisinya. Selanjutnya, pengunjung akan memasuki sebuah gerbang bernama Wiworo Kusumo.
Ketika memasuki pagar istana, pengunjung akan melewati sebuah lapangan yang saat ini sudah dipadati oleh warung-warung makan dan lapak penjual gerabah. Tanda yang menunjukkan lapangan ini merupakan bagian istana adalah keberadaan sebuah pohon beringin tua di salah satu sisinya. Selanjutnya, pengunjung akan memasuki sebuah gerbang bernama Wiworo Kusumo.
Dari pintu masuk ini, sebuah Joglo terlihat. Bagian depan Joglo dinamakan Wiworo Kusumo Winayang Reko yang berarti keselamatan, keadilan, dan kebebasan, dan berfungsi untuk menerima tamu dalam suasana tidak resmi. Bagian berikutnya adalah Pendopo Bangsal Utomo Sewotomo. Ruangan tepat di tengah joglo ini memiliki 4 pilar kayu jati ukir.
Salah satu sudut depan pendopo dilengkapi seperangkat gamelan yang diberi Kyai Kebogiro. Gamelan ini biasa dimainkan setiap hari Minggu Pon, 1 kali dalam 35 hari. Di bagian lain Pendopo, terdapat sebuah ruangan bernama Ruang China, tempat menyimpan barang-barang antik dari Cina. Ruang terakhir di Pendopo adalah ruang Srikaya, yang merupakan ruang kerja sang Adipati.
Di belakang Pendopo berdiri bangunan Dalem Ageng Proboyekso. Penggunaan kata ‘Dalem’ menandakan fungsi bangunan sebagai ruangan utama istana. Puro Pakualaman juga masih menyediakan tempat-tempat menarik untuk dikunjungi.
Ada pula Masjid Pakualaman. Masjid yang menjadi bangunan cagar budaya Yogyakarta ini dibangun oleh Paku Alam II sekitar akhir abad XIX. Pengunjung juga bisa menambah pengetahuan dengan mengunjungi paviliun Purworetno yang berfungsi sebagai perpustakaan istana. Perpustakaan ini memiliki koleksi buku-buku Jawa klasik termasuk buku karangan Paku Alam III berjudul Serat Dharma Wirayat.
Kompleks Puro Pakualaman dibuka untuk pengunjung hanya tiap hari Minggu, Senin dan Kamis, antara pukul 09.30 hingga 13.00. Setelah puas menikmati keindahan kompleks istana ini, pengunjung juga bisa menyambangi beberapa objek wisata di sekitarnya. Museum Jendral Sudirman, Ndalem Banaran, Ndalem Notokusuman, dan perkampungan di bantaran Kali Code adalah beberapa tempat menarik di seputar Pakualaman.
Sejak beberapa tahun terakhir, halaman depan Puro Pakualaman menjadi sebuah tempat nongkrong dan ngobrol yang asik bagi muda-mudi yang tinggal di Jogja. Kawasan ini terkenal dengan sajian teh poci gula batu yang pas untuk teman menghabiskan malam. Berbagai penganan tradisional juga tersedia, antara lain berbagai macam baceman, wedhang ronde, dan jadah bakar.
No comments:
Post a Comment