Monday 12 January 2015

Menapaki Kota Ambarawa

Menapaki sebuah kota tujuan kami saat ini bernama Ambarawa, terletak di Kabupaten Semarang Jawa Tengah yang dapat kita tempuh dengan 1,5 jam perjalanan dari kota Semarang dan 2 jam dari kota Jogja.


Area Rawa Pening

Area Rawa yang bernama Rawa Pening terkait dengan nama Ambarawa, karena nama Ambarawa sendiri artinya rawa yang luas ( dalam bahasa Jawa yang dimaksud amba = luas ). Rawa pening sendiri mempunyai 4 kabupaten yang berbeda dan terletak dilembah Gunung Merbabu yang dikelilingi pegunungan. Untuk yang suka berburu Sunrise dapat kesini sekitar jam 5 pagi, kegiatan ini merupakan salah satu tempat favorit saat langit merefleksikan perubahan warna yang sangat indah. Kota Ambarawa berada di ketinggian 474 meter di atas permukaan laut, panorama sepanjang jalan berupa Gunung Ungaran dan Gunung Merbabu dan beberapa obyek wisata yang dapat dikunjungi seperti :

Museum Kereta Api Ambarawa

Raja Belanda Willem I yang memerintahkan untuk membuat stasiun ini, Stasiun Kereta Api Ambarawa dibangun tanggal 21 Mei 1873 dengan nama awal Willem I Railway. Museum kereta api resmi didirikan pada tanggal 6 Oktober 1976 untuk melestarikan lokomotif uap, yang sampai saat ini kereta api uap hanya bisa ditemukan di sepanjang jalur antara Jambui dan Secang juga di Sawahlunto Sumatera Barat.

Tlogo Agro – tourism

Berupa perkebunan kopi, cengkeh, sementara perkebunan karet dengan luas sekitar 600 hektar, ada sekitar 20 cottage dan 16 kamar sewaan untuk kembali merasakan kehidupan desa Jawa yang benar – benar nyata dan tenang, jauh dari hiruk pikuk kendaraan. Desa dengan tinggi 400-675 meter di atas permukaan laut ini bernama Desa Delik.

Candi Gedong Songo

Ambarawa berada di kabupaten Bandungan terkenal dengan sebuah kompleks candi Hindu-Budda yang disebut Candi Gedong Songo. Dalam bahasa Jawa Songo artinya sembilan, jumlah candi – candi ini  berdiri kokoh di lereng Gunung Ungaran yang berjarak 9 km dari pusat kota Ambarawa. Perpaduan dari Candi dan Gunung yang ada disekitarnya memberikan sebuah harmoni alam yang sempurna dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari suasana di lingkungan alam yang menawan.



Candi Gedong Songo dibangun Dinasti Sanjaya yang berkeyakinan Hindu pada abad ke-8 atau antara 730-780 SM. Saat itu Ratu Shima berkuasa dengan kepemimpinannya yang berkeadilan dan percaya pada Satu Tuhan, Sang Hyang Widhi.
Menurut keyakinan ini, tubuh manusia memiliki sembilan lubang yang perlu dikontrol. Orang Jawa menyebutnya babahan hawa sanga, yaitu sembilan lubang dalam tubuh kita yang wajib dikendalikan dengan bijak sehingga akan mengarah pada kedamian hidup.

Candi Gedong Songo ditemukan kembali tahun 1804 di bawah tumpukan tanah dan tetumbuhan tropis oleh Sir Thomas Stamford Raffles. Candi yang tersebar di 5 kelompok utama ini didedikasikan untuk Dewa Shiva, Brahma dan Wisnu meskipun hadir di beberapa lokasi.


No comments:

Post a Comment